Procrastination = Menunda Pekerjaan

Procrastination = Menunda Pekerjaan

Photo: GM,Catriona Sinclaire, bersama bagian dari team Burson Marsteller, Jakarta, tahun 1997.

Corporate Goverment | Kata-kata “Don’t procrastinate!” sering diucapkan secara tegas oleh General Manager saya, Catriona Sinclair, ketika saya di Client Servicing di perusahaan US, Burson Marsteller. Begitu pula teman sekerja, mas Nugroho, ahli bahasa Inggris, tidak pernah lupa ucapan “Don’t procrastinate!” itu. General Manager (GM) kami seorang British lady tinggi dan cantik, memang luar biasa cara bekerjanya, cepat tanggap dan cepat memberi response, tidak pernah berlehaleha jika waktu kerja di dalam kantornya.

Saya mendapatkan pelajaran sangat berharga, tahu apa artinya “Don’t procrastinate” = jangan menunda pekerjaan, jangan mengulur waktu menyelesaikan tugas. GM saya orangnya dapat bekerja secara multitasking, sedang saya selalu harus focusing. Namun, apakah multitasking ataupun hanya bisa focusing, menyeleseaikan pekerjaan, memang betul adanya agar kita tidak menunda menyeslesaikan tugas pkerjaan, pekerjaan apapun!

Dari 2 yang saya pelajari pada diri sendiri dan membaca buku saya dapat katakan sebabnya orang suka menunda menyelesaiakan tugas pekerjaannya karena:

· sifat mental yang dipengaruhi oleh kemalasan

· tidak mempunyai disiplin mengatur secara baik diri sendiri

· menganggap perlu sring beristirahat

· memiliki sifat “ntar sik”, nantilah saya selesaikan

· cenderung mengikuti “self-destruction”, tergoda ikut hal-hal kurang memberi hasil. Kebiasan sekarang ini, lebih mengutamakan setiap kali buka aplikasi, buka digital info: e-mail, wa, fb, instagram, twitter, LinkedIn; apalagi jelek sekali bila tergoda main game.

Nah, bagian kelima ini sudah terjawab, sederhananya berhubungan dengan harus memliki niat yang kuat, “self-discipline”. Harus bertekad menyediakan waktu kapan bermain HP atau buka lap-top. Harus memiliki kemauan kuat dan kebiasaan setiap hari hanya buka media sosial pada waktu tertentu saja, selalu sediakan waktu, misalnya hanya setengah jam setiap pagi setelah makan pagi. Meski tentu telpon yang penting tetap harus dilayani sepanjang hari.

Penghabat masalah yang tidak menghiraukan kata-kata bijak: rajin pangkal kaya; sedang saya lebih suka kata-kata ini: rajin pangkal 3 sukses! Tidak perduli bahwa setiap mamusia hanya bisa sukses bila rajin, merupakan destruksi diri sendiri. Bagaimana mengatasinya? Tidak ada jalan lain kecuali memang kita bertekad mau sukses, mau berhasil, mau mendapatkan yang kita memang perlukan. Hanya dengan keyakinan kuat dan motivasi bahwa perlu, mau dan bertekad demikian setiap hari kita sadar perlu rajin. Bagaimana menghilangkan “mental block” kemalasan? Tidak lain harus menyadarkan diri sendiri bahwa memang setiap orang itu bertanggung jawab pada dirinya masing-masing. Jadi setiap pagi setelah bangun kita sadar bahwa diri kita sendiri harus sadarkan diri sendiri, bahwa kita masing-masing sendiri bertanggung jawab atas kelakuan dan sukses kita masing-masing, bukan orang lain yang kita dapat salahkan, tidak boleh kita harapakan sukses kita karena pertolongan atau hasil pekerjaan orang lain.

Dari segi ilmu manajemen dapat kita pelajari bahwa agar tidak malas, agar tidak memunda pekerjaan, kita dapat melalukan mematrix setiap tugas penting.

Ada empat (4) kuadrant yang setiap tugas bisa kita mausukkan, layak yang mana tugas/pekerjaan yang :

1. tidak penting – tidak urgen

2. tidak penting – tetapi urgen

3. penting – tidak urgen

4. penting, juga urgen

 Dengan me-matrix demikian mudah kita dapat melaksanakan tugas pekerjaan yang paling penting juga paling dibutuhkan (urgent).

Semoga pengalaman dan ilmu dari membaca saya bagikan ini kiranya bermanfaat.

Ludwig Suparmo – Strategis Communication Specialist

Originally posted 2022-12-12 12:38:00.